Bermula dari terlalu sering menjaga kebersihan liang pendengaran dengan cara mengorek kuping memakai cuttons buds dan pengait dari besi setiap hari, menjadi sebuah kebiasaan berakibat fatal bagi kesehatan telinga.
Persediaan cutton buds tidak pernah cukup di rumah saya, lantaran saking seringnya mengorek liang telinga. Berhubung terlalu banyak menggunakan, suatu ketika istri saya membelikan korek kuping dari besi, tujuan berhemat. Di ujung besi pengait kotoran ada menyerupai pengait menyerupai sendok, yang fungsinya untuk mengangkat kotoran telinga.
Sebagaimana diketahui, bahwa mengorek kuping itu enak, semakin di gilirasanya semakin asoy.Kemudian, lantaran sudah kebiasaan adakala meskipun tidak ada kotoran, tetap juga ada rasa "sesuatu" di liang pendengaran dan rasa ingin mengorek liang pendengaran pun muncul. Akibat keseringan liang pendengaran menjadi lecet. Apa bila lecet, kulit liang pendengaran akan berair bercampur serumen. Otomatis liang pendengaran menjadi lembab.
Hawa lembab pada liang pendengaran merupakan media empuk tumbuhnya jamur. Sebab, liang pendengaran mempunyai potensi tempat tumbuhnya jamur, struktur liang pendengaran terlindung dari cahaya matahari eksklusif sehingga kelembaban terjaga. Terutama pada orang yang tinggal di kawasan tropis, apa lagi kalau sudah ada faktor pemicu, maka jamur Species Aspergillus,Candida, dan Aspergillus Niger sangat berterima kasih lantaran merasa sanggup tempat untuk berkembang biak di dalam liang telinga.
Apabila jamur berkembang biak di liang telinga, rasa gatalnya minta "ampun" keinginan untuk mengorek kumat lagi untuk menggaruk gatalnya. Merupakan kesalahan fatal, alasannya menambah lecet pada liang pendengaran sehingga kemungkinan jamur tambah luas sangat berpotensi.
Selain rasa gatal, rasa sakit juga menyertai, dan rasa tidak mengenakan di pendengaran pun menambah keluhan. Kemudian yang lebih parah di liang pendengaran tumbuh gumpalan kecil berwarna putih menyerupai kotoran, yang mengeluarkan aroma tidak sedap.
Serangkaian pragraf diatas telah saya alami, rasanya begitu menyiksa, selain memalukan juga sangat menganggu.
Suatu ketika saya konsulkan keluhan ini pada salah spesialis tenggorokan, hidung dan pendengaran (THT). Dan, dia meresepkan obat antibiotik, anti inflamasi dan antihistamin sehabis melihat dari hasil pemeriksaan.
Tiga hari sehabis mengkonsumsi obat, tidak ada kemajuan, malahan teman saya melihat. Ada apa dengan telingamu kawan? Memang bikin malu, tapi bukan "aib" ini hanya sebuah kesalahan, lantaran ketidak tahuan dan kebiasaan jelek berakibat fatal ketika membersihkan telinga.
Tiga (3) ahad yang kemudian saya memeriksakan lagi pada salah seorang dokter andal THT, ini pertama kali saya memeriksakan pada beliau, sebut saja ia dr. Tuti Nelvia,Sp.THT dia gres menuntaskan pendidikan spesialis di UNAND (2015), ketika ini praktek tiap hari Senin, Kamis dan Sabtu di Poliklinik RSUD dr Adnaan WD Payakumbuh.
Dan, dokter Tuti Nelvia juga berpraktik tiap sore hari, mulai Senin sampai Sabtu, di Klinik Mitra Farma yang terletak di jalan Veteran 1B, belakang mesjid Muhamadiyah, Kota Payakumbuh.
Dari hasil pemeriksaannya, saya didiagnosis otomikosis, yaitu tumbuhnya jamur di liang telinga, menurut hasil insfeksi melalui otoskopalat investigasi dilengkapi lampu untuk menerawang liang pendengaran maka ia mengambil kesimpulan bahwa saya mengalami otomikosis.
Lalu, pendengaran saya dibersihkan dengan kapas dan di olesi salep anti jamur. Dan boleh pulang. Beliau meresepkan obat, anti gatal-gatal di hentikan penggunaannya apabila kalau tidak lagi gatal-gatal pada liang telinga. Lantas saya berkata, "Apakah tidak diresepkan antibiotik?" dr.Tuti Nelvia,Sp.THT menjawab, " Tidak perlu, pendengaran kau bukan infeksi, tapi berjamur, kalau diberi antibiotik maka jamurnya makin bertambah."
Dokter Tuti juga menambahkan, " penyakit ini tidak mengancam nyawa, tapi penyembuhan cukup lama. Kamu harus rajin kontrol, dan jangan sekali-kali membersihkan pendengaran di rumah, baik membersihkan dengan cutton buds, ataupun mengorek dengan jari, lantaran hanya memperburuk keadaan. Jika sudah mencicipi tidak nyaman di telinga, konsul lagi ke poliklinik."
Pada konsul ke dua, saya sudah mencicipi tidak nyaman di liang telinga. Dokter Tuti, membersihkan dengan cara spulling yaitu membersihkan dengan menyuntikkan air ke liang telinga, tujuannya untuk membersihkan pecahan liang dalam, kalau di korek akan menjadikan resiko.
Kemudian mengeringkan liang pendengaran dengan kapas, prinsipnya liang pendengaran dihentikan berair atau lembab. Dokter Tuti pun berpesan " kontrol lagi kesini ya kalau masih ada keluhan." Serta menandaskan konsul, bahwa " jangan korek dengan cutton buds di rumah ya, bawa lagi kesini, biar tuti yang membersihkan."
Kembali pada perkara korek-mengkorek liang pendengaran dengan cutton buds, bekerjsama tanpa di korek pun kotoran yang ada di liang pendengaran akan keluar dengan sendirinya, berkat adanya gerakan mengunyah dan aktifitas otot, sehingga kotoran yang kering tersembul keluar. Di harapkan lebih bijak memakai cutton buds, cukup untuk membersihkan pendengaran pecahan luar saja.
Pengait kotoran pendengaran terbuat dari besi, jangan pernah gunakan, alasannya sangat rentan mencederai liang telinga, baik terbuat dari besi ataupun cutton buds di tujukan untuk mengorek liang pendengaran pecahan dalam sebaiknya di hindari. Jika benar-benar menganggu maka penanganannya serahkan pada dokter andal THT, biar kemudian hari anda tidak menyesal menyerupai saya.
Terakhir, pengalaman ini saya tuliskan tidak bermaksud lain-lain atau cari sensasi, hanya tujuan berbagi, dengan impian semoga membawa manfaat bagi pembaca.(AW) Sumber https://medianers.blogspot.com/
0 Response to "Terlalu Sering Mengorek Kuping Akibatkan Liang Indera Pendengaran Tumbuh Jamur"
Posting Komentar