BPS mencatat jumlah pengangguran di Indonesia pada Februari 2009 mencapai 9.259.000 orang (solopos.com). Saat ini, 2012 data niscaya tidak saya dapatkan, alasannya terlalu banyak data simpang siur wacana pengangguran terdidik di di Indonesia yang beredar di Internet.
Meskipun Ijazah telah ditangan, perlu juga perjuangan maksimal mencari lowongan. Di Pangandaran sana, sesosok cowok pantang menyerah, berjibaku pulang pergi Pangandaran- Banjarsari melaksanakan kiprah di Puskesmas. Jerih payahnya dihargai dengan uang Dua puluh ribu rupiah tiap bulanya. Kronologis baca di Kisah Perawat di honor dua puluh ribu.
Jangan bilang ia tidak bersyukur dengan pendapatan tersebut. Panggil dia 'Asep'. Perawat lulusan Akper ini berkata, 'Meski uang itu hanya cukup untuk ongkos pulang-pergi 8 kali Pangandaran-Banjarsari, tapi bukan itu tujuan finansial yang dicari. Menghilangkan jejak nganggur sesudah kuliah yaitu satu satunya. Aku merasa aib telah mengenyam pendidikan tinggi tapi belum bisa memperlihatkan manfaat akan ilmu yang didapat.'
Sebelumnya Asep pernah menjajakan ijazah dibeberapa Rumah Sakit di Kota Jakarta. Hasilnya nihil. Maka pilihan pahit jadi Sukarelawan di Puskesmas erat kampungnya.
Pengalaman dasar sebagai Perawat ia dapatkan selama 1 tahun di Puskesmas. Berkat kemampuanya menguasai bahasa inggris, Asep sempat bekerja di PT. Freeport, Tembangpura, Papua. Pengalaman kerjanya di Tembangpura, sanggup anda baca disini ( Amolongo) . Tidak usang kemudian, dia pernah juga di Rotasi ke Kalimantan Timur dibawah kendali perusahaan Medical Service Jakarta.
Kejadian diatas berlangsung 10 tahun silam. Kini Perawat Asep menikmati pekerjaan di perusahaan Oil dan Gas Petroleum, Doha Qatar.
sanggup kesempatan mewawancarai mas Asep via Facebook. Harapan, membawa maanfaat bagi pembaca. Terkhusus untuk Perawat Indonesia yang berminat mengais Riyal di Qatar.
Qatar yaitu negara kaya, yang tidak memungut pajak dari TKI. Dan, khusus untuk Perawat profesional, dihargai 21-25 ribu Riyal perbulan. 1 Riyal sebanding dengan 2500 rupiah. Jika di totalkan, Perawat Indonesia di Qatar bisa menghasilkan Rp. 62.500.000,- perbulan.
Berikut petikan Wawancara dengan Mas Asep:
1. Tepatnya, Tahun berapa Mas Asep mulai bekerja di Petrolem Doha Qatar?
Mulai Juli 2006.
2.Bagaimana caranya, sehingga Mas Asep bisa diterima bekerja disana?
Memasukan CV ke www.qp.com.qa kemudian mereka akan kirim akhir via email. Jika memenuhi kriteria maka mereka akan mengkabari via email dan melaksanakan telfon interview.
Saya lulus tes telfon interview. Kemudian pihak User Qatar Petroleum tiba ke Jakarta difasilitasi PT Guna Mandiri Paripurna www.gunamandiri.com
3. Apa saja yang Mas Asep persiapkan sebelum tes?
Persiapkan bahan ACLS dan ATLS. Kita jangan grogi dan pastikan menjawab dengan tepat, jangan tergesa gesa.
4. Seperti apa penerimaan orang-orang yang ada di perusahaan/lingkungan terhadap Perawat Indonesia yang bekerja disana?
Baik sekali penerimaannya.
5. Selama di Qatar Apa saja hambatan yang dihadapi?
Cuaca ekstrim panas dan culture shock.
6. Berapakah Jumlah TKI (khusus perawat) yang ada di Qatar?
Sekarang ini perawat ada 70 orang.
7. Apakah bekerja disana menyenangkan?
Sangat menyenangkan.
8. Apakah ada perlakuan garang dari orang Qatar terhadap TKI?
Tidak ada.
9. Apakah biaya hidup tinggi di Qatar?
Cukup tinggi tapi sebanding dengan penghasilan.
10.Apa saja pesan dari Mas Asep terhadap perawat Indonesia yang berminat bekerja di Qatar?
Perbanyak pelatihan dan pengalaman serta banyak doa dan bayar zakat.
Saat ini, Mas Asep bergiat melestarikan salah satu seni beladiri Indonesia, dengan membuatkan Komunitas Pencak Silat kerjasama dengan KBRI, Doha Qatar.
Pentas Silat Harimau Siliwangi di KBRI Doha, Qatar. (Dalam Foto: Asep Hermawan Sanudin)"
Wawancara yang lakukan sangat terbatas,sulit untuk menggali bila tidak bertatap wajah langsung. Namun, sebagai citra awal, yakin bagi anda yang berminat sudah mendapat sedikit informasi. Semoga bermanfaat.(*) Sumber https://medianers.blogspot.com/
0 Response to "Asep, Dari Pangandaran Menjadi Perawat Di Qatar"
Posting Komentar