Kalau sudah jadi pemimpin besar setara presiden, semuanya jadi sorotan masyarakat. Untung saja dikala tidur di istana, Pak Jokowi tidak di liput media bila sempat entah apa komentar haters and lovers.
Pak Jokowi beruntung sering mengenakan jas, tidak menyerupai saya, yang hanya gres tiga (3) kali menggunakan jas. Pertama waktu wisuda Akper, kedua waktu menikah dan ketiga dikala wisuda sarjana keperawatan (S.Kep).
Saya yakin, ketika jadi walikota Solo, dikala menjabat gubernur DKI dan sedang jadi Presiden RI, pak Jokowi sudah terbiasa mengenakan Jas, bahkan nyaris ratusan kali atau tak terhitung pernah memasang jas dan dasi di tubuhnya. Namun, gres perdana dikala berkunjung ke Brunai Darussallam ia kecolongan dari jepretan kamera. Yakni kancing bawah tak terpasang maka "offside" lah ujung dasi, dan si wartawan the brunei times pun mengupload gambar tersebut ke ranah berita, menyerupai tidak ada gambar yang lain.
Sebenarnya tidak dapat juga wartawannya disalahkan, alasannya memang itu yang menciptakan beritanya jadi menarik, dan menjadi rujukan oleh media lain. Yang jadi dilema itu ialah situkang kritik, kayak udah bakir aja mengenakan Jas. Emang udah berapa kali menggunakan?
Saya menganggap itu hal biasa, tidak jadi problem asalkan pak Jokowi merealisasikan janji-janji kampanyenya. Kalaupun pak joko widodo tidak menepati janji, aku juga tidak mempermasalahkan Jas hitam yang dasinya menyembul, alasannya cara saya berpakaiaan belum tentu lebih baik dari beliau.
Dan, yang penting sekali cukup kritik kebijakan pak Jokowi yang tidak pro rakyat atau tagih akad yang belum ia wujudkan. Bukan dikala ia kecolongan dalam berpakaian, kesudahannya gunjingan dan gosip murahan.(*) Sumber https://medianers.blogspot.com/
0 Response to "Jas Hitam Pak Joko Widodo Kok Diperdebatkan ?"
Posting Komentar