Dodi menambahkan, “PPS dilaksanakan oleh pihak Kampus, di bawah kendali Pudir 3 bidang Kemahasiswaan. Dan, pengurus Senat Ikatan Keluarga Mahasiswa juga dilibatkan sebagai panitia pelaksana.”
Dodi melanjutkan, “sayangnya dalam praktek PPS selama 3 hari, kegiatan itu diselewengkan oleh mahasiswa/wi senior yang tergabung dalam panitia pelaksana. Kami peserta, diplonco, disuruh mengenakan beling mata hitam bolong, pakai dasi dari petai, kami berdandan ibarat ‘orang gila’ dan nama kami juga diganti menjadi nama penyakit, ibarat Marasmus (Kurang Gizi), dan Obesitas (Kelebihan berat badan),“katanya.
Tanpa basa-basi, Dodi terus nyerocos, “khusus donasi nama, saya setuju," ulasnya.
Sambil memperhatikan mimik Dodi bercerita, saya ulas,” alasanya?”
Lalu Dodi menjelaskan, “ya, lantaran cocok aja, kalau orangnya kurus, diberi nama Marasmus, ibarat sahabat saya,” sambil menunjuk orang yang diberi nama Marasmus ketika PPS.
Mendapati hal itu, saya tertawa, “Ha. haa.. haa…,” tanpa bermaksud merendahkan, saya jadi ketawa, lantaran orang yang ditunjuk si Dodi memang kelihatan kurus.
“Yang menciptakan saya lebih oke dengan donasi nama suci ini adalah, mahasiswa/wi gres sanggup menambah kosa kata medis, dan selama PPS, sebanyak 49 nama/ istilah medis menciptakan saya menjadi tau. Karena wajib dihafal selama PPS,kalau tidak sanggup eksekusi dari senior. Akhirnya, saya hafal nama suci, tau nama teman, tau pula arti nama sucinya,” ungkap Dodi.
Saya anguk-angguk 'Balam' saja mendengarkan pemaparan Dodi, rasanya rugi tidak ikut PPS bersama sahabat seangkatan. Akan tetapi, gimana cara mengembalikan waktu yang telah lewat, imposible.
Sewaktu mendaftar ulang, pihak kampus memberitahukan, bahwa PPS wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa/wi baru, tak terkecuali saya, tahun depan harus menyusul bersama adik tingkat.
Terkait ancaman ‘ Singa Betina’ di gerbang Kampus
Juga saya tanyakan pada Dodi, “apakah mereka akan menepati akad untuk mendatangiku ke kelas ini?” Si Dodi menjawab, “iya, mereka niscaya akan menepati ancamannya.” Mendengar tanggapan Dodi, saya jadi ciut. Lalu kutanyakan. “Sebaiknya, apa yang harus kulakukan?”
Dengan wajah serius, Dodi menyarankan supaya minta maaf dan memperkenalkan diri lagi nanti, ketika mereka berada di depan kelas, “sebab mereka , tidak akan takut sama kita anak baru, kalau kau minta maaf, insyaallah mereka akan legowo,” ulas Dodi.
Saya membela diri, “kan saya tidak salah, kok harus minta maaf ?” Dodi menegaskan, “ya, saya tau. Tapi, undang-undang di sini berbeda. Senior selalu benar, berada di pasal 1. Sedangkan pasal ke 2 berbunyi : Apa bila senior salah, kembali pada pasal 1. Nah, istilah senior salah, dan kau benar tidak akan ada di sini. Yang ada hanya, senior selalu benar."
Percakapan antara saya dan Dodi belum selesai. Tiba-tiba ada bunyi keras, semuanya diam, dan duduk yang rapi, "kakak angkatan 3 mau kesini," arahan salah seorang cewek yang ada di lokal kami.
Suara ribut eksklusif menjadi hening, dan teman-teman yang ada di lokal berusaha untuk merapikan kawasan duduk serta posisi.
Saya jadi heran, tampaknya orang-orang yang ada dalam lokal ini benar-benar takut dengan gerombolan senior yang akan menuju kesini, yang pernah mengancam di gerbang Kampus.
Sebenarnya, apa yang telah mereka lakukan pada calon teman-teman (baca : mahasiswa baru) yang ada di Lokal ini, sehingga mereka kelihatan ketakutan sekali. Saya juga tak habis pikir, kenapa segerombolan senior itu bahagia mengintimidasi mahasiswa gres dalam bentuk perpeloncoan?
Ah, saya jadi resah dan cemas. Menunggu giliran, bagaimana nasibku nanti bila mereka masuk ke lokal ini ?. (Anton Wijaya/*4) Sumber https://medianers.blogspot.com/
0 Response to "Pengenalan Jadwal Studi Nan Menakutkan"
Posting Komentar