Dag dig dug rasanya. Ini hari pertamaku melangkahkan kaki ke Kampus. Tepatnya, 9 Sepetember 2002. Pagi ini, juga pagi pertamaku mengenakan seragam, baju dan celana di dominasi warna putih.
Sebelum berangkat, di depan cermin, saya tersenyum sendiri melihat sesosok insan yang terobsesi jadi pelukis terkenal." Ah, ini calon mantri, bukan pelukis" lirihku dalam hati. ( Ceritanya baca di sini : september 2002 kuliah di akper pemkab pariaman).
Di gerbang kampus, “ Hei dek, kesini ! “ Sambil melambaikan tangan, segerombolan cewek memanggilku.
Ketika saya mendekat, “ Kamu mahasiswa gres ya? “ Sergah salah seorang cewek. “ Iya kak” jawabku. “ Kok kau cengengesan begitu? Belum tau ya hukum main di sini. Ayo kenalin dirimu pada kami ” ulasnya.
Aku mulai kikuk, ganas amat cewek-cewek di Kampus ini, beraninya nantangin cowok, bisikku dalam hati. “Kok terdiam begitu?” Salah seorang cewek lain membentak. Mereka duduk melingkar, sedangkan saya diminta bangun di tengah.
Keringat mulai mengucur di kening dan di seluruh pori-pori tubuh, alasannya yaitu stress, ditambah hawa panas tepi pantai.
Menghadapi sekelompok cewek, jumlah pastinya saya tak ingat lagi, sungguh mendebarkan. “ Eh, kau kok melamun?” Cewek yang tak kuketahui namanya itu, mengulangi pertanyaan. “ Ee.. enggak kak” bantahku. “Ayo perkenalkan siapa namamu?” ulasnya. Yah, saya sebutkan nama, alamat, serta identitas lengkap. Di tamat penjelasan, kubilang “Udah kak.” Dengan ketusnya, cewek yang lain, menyanggah, “O o o segitu aja ya, trus kau ngapain lagi di sini, bangun aja?” Pertanyaannya bertubi-tubi, membuatku bingung, dan semakin kikuk. “ Ng.. Nggak kak, saya sedang memperkenalkan diri” jawabku dengan nada grogi. “Hmm…mau memperkenalkan diri, kok bangun aja, ayo dong salami kami satu-persatu” cetusnya.
Aku mulai membungkukan badan, menyalami mereka satu-persatu, tiap menjabat tangan, saya sebutkan nama, alasannya yaitu itu perintah mereka, saya patuhi. Celakanya, mereka yang kusalami, tidak menyebutkan nama aslinya. Ada yang bilang namanya, si Anu, ada juga si Antah, dan ada nama insan ‘Tak Tau’. Aku tidak protes ketika ia meyebutkan namanya ibarat itu.
Setelah menyalami mereka satu-persatu. Aku mohon pamit, “ bolehkah saya pergi kak?” “Eh, lezat aja, siapa yang bilang program perkenalan selesai” celetuknya, bunyi itu tak kuketahui persis keluar dari ekspresi siapa.” Aku merasa serba salah, bangun terasa capek dipelototin terus-menerus oleh sekumpulan cewek beringas, duduk pun tak bisa, saya benar-benar dikerjai.
“Sekarang kau sebutkan nama kami satu-persatu, kita sudah kenalan tadi bukan? Kata cewek yang pertama kali memanggilku tadi. Lalu ia menambahkan, “Jika kau hafal, maka boleh pergi dari sini.”
Aku mulai kesal dengan tingkah laris mereka. Teringat masa Sekolah Menengan Atas dulu, waktu ngerjain siswa-siswi baru, mungkin ini yang disebut karma. Jika waktu Sekolah Menengan Atas mereka berbuat ibarat ini padaku, mungkin sudahku preteli satu-persatu. Tapi, ini bukan di SMA, ini yaitu Kampus Akper, dominan di isi oleh cewek. Tak tahu apa yang harus kulakukan, belum pernah ketemu sekelompok cewek segarang ini. Walaupun garang, wajah mereka di atas rata-rata, manis dibalut kain, bersemayam di balik jilbabnya. Aku tak berdaya, menghadapi ‘Singa Betina Kampus’ yang ada di hadapanku ketika ini.
Ah, saya keok dikepung ‘singa betina.’
“ Aku tak tau nama abang sekalian, alasannya yaitu saya mahasiswa baru, waktu perkenalan tadi, abang tidak menyebutkan nama asli.” Aku mulai membela diri, dan keberatan menuruti seruan mereka. “ Ah, kau sok pahlawan ya ? Ini Akper tau ! Tidak ada istilah sombong di sini, semuanya wajib patuh pada senior. Ayo sebutkan nama kami satu-persatu” Serunya.
Wajah cantiknya mulai hilang, kelihatan ia marah. Karena dimarahi, saya juga naik pitam. “ Oke” saya tunjuk. “ Ini namanya si Anu, Ini si Antah, dan itu si Tak Tau.”
“Stop. Stop..stop. Ah, kau jangan mengada-ada, tidak ada nama kami yang ibarat itu.” Suara ribut mulai menyertai, mereka berebut untuk menghardik. “ Kak, abang memperkenalkan nama ibarat itu tadi kan?” Aku membela diri. Sedangkan mereka marah-marah sambil berdiri. Tanpa pamit, saya melarikan diri, tak tega perang ekspresi dengan sekumpulan wanita.
Mereka berteriak, “ Hei, awas! Nanti kami permak kau di depan kelas.” Mereka mengancam. Ancamannya tak kuhiraukan. Aku terus berlari menuju lokal mahasiswa tingkat Satu.
Saat berada di depan kelas, dari kejauhan kulihat mereka tertawa terbahak-bahak, puas mengerjai mahasiswa baru. Sungguh, ini tradisi absurd yang turun-temurun. Tidak saja dikalangan pria, perempuan juga dapat bergairah di sarangnya.
Seniorku yang cantik, Mahasiswi Angkatan 1 Akper Pemkab Pariaman (2002). Dok: Yutri Kumala Dewi |
Salam,
Anton wijaya.
18 Maret 2013, Payakumbuh- Sumatera Barat.
Postingan berlanjut dengan kategori " Catatan Perawat."
Sumber https://medianers.blogspot.com/
0 Response to "Dihadang ‘Singa Betina' Kampus"
Posting Komentar