Hiruk-pikuk poliklinik RSUD dr Adnaan WD pada hari Senin, pukul 14.00 wib (16/2/2015) tidak terasa ketika saya masuk, padahal biasanya kunjungan berkisar 200-300 pasien/hari untuk berobat. Apa yang terjadi dengan poliklinik hari ini?
Ruang tunggu pendaftaran kosong-melompong. |
Ruang tunggu poliklinik RSUD dr Adnaan WD |
Pada kesempatan itu, kebetulan saya bertemu dengan Milizar Muchtar, SKM,M.Kes selaku Kepala Bagian Penunjang, ketika kami bertemu, dia sedang memantau salah seorang petugas sedang meng-off-kan mesin digital antrian.
Milizar Mukhtar, SKM.M.Kes Sedang memegang mesin digital antrian |
Saya bersalaman, sudah usang juga tidak bertemu dengan Alumni Ilmu Kesehatan Masyarakat USU tersebut, meskipun kami 'satu atap' satu Rumah Sakit namun berbeda latar belakang. Biasanya kami sering diskusi wacana penerapan Sistim Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS). Saya bahagia berdiskusi wacana SIMRS dengan Milizar Mukhtar (selanjutnya saya singkat MM), sebab ketertarikan saya akan pentingnya penerapan Sistim isu berbasis teknologi, sedangkan MM mempunyai latar belakang penelitian wacana SIMRS ketika menuntaskan tesisnya di aktivitas Magister Kesehatan UGM.
Kembali kepada pertanyaan di atas. Apa yang terjadi dengan poliklinik kelihatan lengang? Pertanyaan itu saya tujukan kepada MM. Beliau menjawab dari sudut pandang bidangnya, bahwa " Karena sistim pendaftaran digital telah diberlakukan, sehingga antrian yang berjam-jam sanggup di pangkas dan pelayanan pada pasien sanggup di efisiensi."
Berhubung MM memancing pertanyaan lanjutan, maka saya kejar dia dengan beberapa ulasan wacana alur kerja dan sistim antrian digital yang ia maksud. Dan, MM menjelaskan, bahwa " Pasien referensi memakai kartu BPJS atau Pasien Umum yang ingin berobat ke poliklinik, pertama-tama yang harus ia dapatkan yakni nomor antrian yang dikeluarkan oleh mesin. Kemudian, duduk sambil menunggu panggilan dari loket pendaftaran, ketika ini ada 5 loket yang melayani.Setelah itu, bagi pasien BPJS cukup mengambarkan kartu BPJS dan surat referensi dari puskesmas.Petugas pendaftaran akan menerbitkan Surat Elegability Pasien (SEP) yang akan disahkan oleh petugas BPJS ditempat. Lalu, pasien pribadi menuju poliklinik dan menyerahkan SEP kepada petugas poliklinik dan duduk menunggu panggilan dari Perawat untuk diperiksa dan di obati oleh dokter."
MM pun melanjutkan penjelasannya, bahwa " laba dari segi petugas, semenjak sistim ini berjalan awal tahun 2015, banyak fasilitas yang didapatkan. Contohnya, data pasien BPJS terintegrasi dengan server induk, sehingga petugas manajemen gampang mengambil data untuk pengklaiman jumlah pasien BPJS yang telah dilayani tiap bulan oleh RSUD dr Adnaan WD. Biasanya, petugas mengumpulkan data secara manual, yang memakan waktu lama, dan kadang data juga tidak akurat."
Senada dengan klarifikasi MM, saya teringat kata Albert Einstein, bahwa " Komputer bekerja cepat, akurat dan bodoh. Sedangkan insan bekerja lambat, tidak akurat, tapi pintar. Jika insan bisa mengendalikan komputer dan berhubungan maka terjadi kekuatan, segala pekerjaan menjadi mudah." Kira-kira begitulah pernyataan Albert Einstein, kutipan aslinya bahasa inggris yang saya sederhanakan.
Saya melanjutkan perbincangan dengan MM, Apa hambatan yang ditemui selama mesin ini beroperasional? MM membeberkan, " Secara teknis belum ditemui hambatan yang berarti, namun dari segi pelayanan, kita kewalahan dengan adanya aktivitas BPJS pasien "membludak" sehingga daerah duduk tidak bisa menampung kunjungan. Artinya, poliklinik yang besar ini, semakin kecil saja sebab banyaknya pasien yang berobat." Lalu saya tanya lagi, kenapa tidak di perbesar? MM pun membalas " Pertanyaan itu, bukan kapasitas saya untuk menjawab." Sambil, ia dan saya ketawa lepas.
Kembali ke pokok serius, MM telah usang mengimpikan SIMRS benar-benar berjalan dengan baik di RSUD dr Adnaan WD, begitu instruksi yang saya sanggup dari ungkapannya. Bahkan, dia ingin seluruh ruangan terintegrasi dan melibatkan seluruh petugas terpapar dengan komputerisasi. Hal itu tidak semudah membalikkan telapak tangan, terkait dana dan SDM, agak pesimis.
Namun, kalau ia di bilang pesimis, tentunya langkah awal ini patut di apresiasi atas santunan aneka macam pihak ia memulai pekerjaan yang di disandangkan di pundaknya. Kenapa tidak? Jika eksekutif utama dan pemerintah kota payakumbuh tidak memberi lampu hijau dari segi anggaran tentunya rencana yang sudah di mulai ini sulit di wujudkan.
Terpisah, dr.Herijon,M.Kes selaku eksekutif utama sangat bernafsu akan hal pengembangan dan kemajuan di RSUD dr Adnaan WD Payakumbuh. Jika ia tidak menyetujui, tentunya tidak akan pernah ada yang namanya SIMRS. Saya suatu ketika pernah berbincang santai dengan dia wacana penerapan SIMRS, pada dasarnya selaku pengambil keputusan di RSUD adnaan WD ia mendukung seratus persen.
Akhirnya, saya mendapat klarifikasi menarik dari MM, kenapa Poliklinik cepat kosong dari biasanya. Dibanding, sebelum memakai teknologi.
Payakumbuh, 18.05 wib, (16/02/2015).
Salam hormat, Anton Wijaya.
0 Response to "Rsud Dr Adnaan Wd Berlakukan Sistim Antrian Digital"
Posting Komentar