Dengan alasan efisiensi, terkadang rumah sakit kawasan atau rumah sakit kecil, klinik dan puskesmas kewalahan mencarikan solusi semoga tenaga cleaning service dapat bekerja menjadi 3 shift selama 24 jam.
Tentunya, ruangan akan kotor tidak mengenal waktu, sepanjang masyarakat masih memakai akomodasi layanan kesehatan. Hedaknya tenaga kebersihan wajib pula ada 1x24 jam sebagaimana shift dinas petugas kesehatan.
Apabila ruangan kotor, lantai kena darah, dan muntahan serta cairan badan lainnya, apakah Perawat membiarkan, hingga tenaga kebersihan datang? Seandainya insiden di shift malam. Sementara petugas cleaning service bertugas dari pagi hingga sore, sedangkan malam 'off'.
Perawat yang bertugas dikala itu, tentunya tidak akan membiarkan. Sebab, situasi demikian tidak anggun dilihat, dan cairan badan pasien yang berantakan juga berpotensi sebagai media benjol nasokomial.
Maka dengan kesadaran, Perawat akan membersihkan, meski hal tesebut yaitu tugasnya cleaning service. Hal demikian yang sering penulis amati, sepanjang penulis mengabdi di salah satu rumah sakit milik kawasan semenjak 2007 silam.
Menilik dari definisi cleaning service, sebagaimana penulis kutip dari blog ini, definisinya adalah, "memberikan pelayanan kebersihan, kerapihan dan Hygenisasi dari sebuah gedung / bangunan baik indoor ataupun outdoor sehingga tercipta suasana yang comfortable dalam menunjang aktifitas sehari-hari."
Maknanya, tujuan dari kebersihan tersebut sangat mulia, dan menunjang bagi kenyamanan pasien yang dirawat maupun pada kenyamanan petugas, sebab tindakan kebersihan dapat membuat comfortable (nyaman).
Idealnya, ketika Perawat melaksanakan tindakan kebersihan, dan terkadang harus berperan sebagai 'cleaning service' demi membuat kenyamanan selayaknya patut diapresiasi, bukan sebaliknya dicemoohkan.(AW / Ilustrasi Photo : www.publichealth.hscni.net)
Sumber https://medianers.blogspot.com/
0 Response to "Perawat Merangkap 'Cleaning Service' Patut Diapresiasi"
Posting Komentar