Sebelumnya tidak pernah terpikirkan dibenak, bahwa saya akan menunaikan ibadah Rukun Islam yang ke-5 di Usia masih 21 Tahun, 9 Bulan, 11 Hari , dikarenakan persoalan waktu, kesempatan dan terutama biaya Haji yang boleh dikata cukup mahal apalagi bagi seseorang yang berprofesi sebagai perawat cuma lulusan D3 Keperawatan dari Sebuah Akademi Keperawatan milik PEMDA di sudut Kolaka Sulawesi Tenggara.
Menurut data resmi dari Kementrian Agama RI biaya haji tahun ini untuk Embarkasi Makassar sebesar Rp 38.905.808 ya dengan biaya ibarat itu dan waktu menunggu ketika ini mungkin harus menunggu lebih dari 10 tahun alasannya diperkirakan Indonesia akan mendapatakan pengurangan kuota alasannya Pihak Kerajaan Saudi masih sementara merenovasi masjidil Haram.
Semua itu menjadi penyebab mengapa tidak pernah terpikirkan akan menunaikan Ibadah ini di usia saya yang sekarang. Namun semua itu itu terjawab ketika pada tanggal 31 Agustus Head Nurse di Markaz menelpon, bertanya kepada saya.
"Kamu mau berangkat haji?" Saya pun eksklusif menjawab. "Siapa yang nggak mau pak? Saya malah mau sekali." Dan dijawab. "Kamu mau berangkat bersama pasien?" Saya jawab, "Tidak persoalan pak saya siap." Dia pun meminta iqamah (semacam KTP kalau Di Indonesia), saya pun berterima kasih kepada ia dan ia akan mengurus segala macam berkas dan persyaratanya sambil saya menunggu telpon kapan kegiatan berangkatnya.
Sejenak saya berpikir apakah ini mimpi? Ah, ternyata benar, ini bukan mimipi.
Keesokan harinya ketika saya masuk kerja nama-nama pasien yang akan berangkat sudah ditentukan, labor, dan ajudan perawat pun sudah ditentukan rencananya kami akan berangkat dengan 5 pasien, 3 labor, dan 2 ajudan serta 2 perawat satu perawat senior dari India + 1 dokter, Vaksin Meningitis sebagai syarat untuk berangkat Haji sudah diberikan semua.
Setiap orang yang bertemu dengan saya selalu mengucapkan, "Kamu sangat beruntung gres 5 bulan kerja sudah bisa berangkat haji".
Saya pun hanya tersenyum sambil mengatakan, "Alhamdulillah Tuhan Kareem."
Namun kenyataan berkata lain seminggu sehabis saya mendengarkan gosip itu tanggal 8 September 2016 saya mendapat kabar bahwa kami tidak jadi berangkat dikarenakan belum mendapat izin dari Ministry. Sayapun berdalih untuk lebih menghibur diri mungkin belum rezeki, mungkin Tuhan belum memanggil saya, mungkin Tuhan punya Alasan tersendiri dan masih banyak mungkin-mungkin lain yang saya ucapkan supaya saya tidak terlarut dalam kekecewaan.
Jum'at 9 September, saya bersama teman-teman berangkat ke Haram Masjid Nabawi kebetulan bulan ini saya shift siang jadi paginya bisa sholat jum'at di Nabawi hitung-hitung sebagai penghibur hati alasannya nggak jadi berangkat.
Di Nabawi sudah terbilang sepi, waktu itu, semua jamaah Haji sudah berangkat ke Makka untuk bersiap wukuf di Padang Arafat mungkin yang aktif melihat postingan saya sudah melihat postingan saya sebelunya bahwa saya cancel untuk brangkat haji animo ini, namun ketika saya hingga di Markaz belum sempat saya melaksanakan oporan dinas dari sahabat saya, saya dipanggil oleh medical director keruanganya kemudian menyuruh menutup pintu.
Dokter bertanya, "kamu bisa Bahasa Arab?" Saya jawab, "bisa sedikit-sedkit." Lalu dr. pun mengatakan, "baiklah saya jelaskan pakai English saja, dalam hati terlintas apakah saya punya salah? Apakah saya akan dipindahkan ke Markaz lain? Ternyata Alhamdulillah, Allahu Akbar dr. Mengatakan, kalau saya sudah mendapat izin dari Minstry untuk berangkat haji. Namun senior saya dari India di cancel berangkat, alasannya digantikan oleh perawat filiplin yang lebih senior.
Perasaan nggak lezat alasannya saya masih ingusan dan baru, serta kemampuan bahasa Arab yang sedikit, namun saya yakin dia niscaya berpikir bahwa persoalan haji bukan persoalan ingusan atau seniornya tetapi siapa yang sudah mendapat panggilan dari Tuhan SWT.
Di sini, selama proses ibadah haji, Alhamdulillah kami mendapat perlakuan khusus, alasannya kami bersama pasien dari Arafat ke Muzdalifa dan Muzdalifa ke Mina. Alhamdulillah kami selalu naik Bus dan tidak berdesak-desakan dengan jamaah lain padahal melihat banyaknya muslim yang berdesak-desakan ketika ibadah haji tapi Allahuakbar alasannya bersama pasien kami tidak mencicipi itu begitupun ketika Jumratul aqbah kemarin.
Disini ada senior saya di Kampus kak Yuling dari Kolaka, dia bekerja di Makka dia juga ibadah haji tahun ini, alhamdulillah kami berdua perawat lulusan Akper Pemerintah Daerah Kolaka menunaikan ibadah haji alasannya profesi yang kita sebut "PERAWAT". Meskipun ketika ini kami belum bisa ketemu alasannya saya harus 24 jam berada disamping pasien. Tak lupa saya memohon do'a supaya kami disini tetap diberikan keselamatan hingga semua proses ibadah Haji akibat dan menjadi haji yang Mabrur Amiinn.
Saat melaksanakan ibadah ini pun terlintas dipikiran saya betapa bahagianya orang bau tanah saya kalau bisa menunaikan ibadah ini bersama semoga saya bisa mewujudkan mimpi ini Amiinnn. Saya menulis kisah diatas bukan untuk berbangga diri ataupun sombong dengan apa yang saya telah saya dapatkan namun saya menulis kisah ini berharap bisa dijadikan motivasi dan penyemangat bagi teman-teman sejawat yang lain bahwa betapapun profesi kita ketika ini masih dikatakan jauh dari keinginan kita semua, keinginan itu tetap ada dan tetaplah berusaha dan berdoa kepada Tuhan SWT dan selalu nrimo dalam bekerja. Dan juga sebagai salah satu tanggapan apa manfaat dari bekerja di Arab Saudi meskipun honor perawat yang saya peroleh disini tidak sebesar honor teman-teman sejawat yang di Jepang, Korea dan negara-negara lain tapi ini yang saya dan teman-teman saya selalu katakan bahwa bekerja di Saudi Arabia You will get more than just money karena yang ibarat ini memang tidak bisa dinilai dengan mata uang. Salam Sejawat Jayalah Perawat Indonesia.
Makka 14 September, 2016
Abdul Hamid A.R
Sumber https://medianers.blogspot.com/Disini ada senior saya di Kampus kak Yuling dari Kolaka, dia bekerja di Makka dia juga ibadah haji tahun ini, alhamdulillah kami berdua perawat lulusan Akper Pemerintah Daerah Kolaka menunaikan ibadah haji alasannya profesi yang kita sebut "PERAWAT". Meskipun ketika ini kami belum bisa ketemu alasannya saya harus 24 jam berada disamping pasien. Tak lupa saya memohon do'a supaya kami disini tetap diberikan keselamatan hingga semua proses ibadah Haji akibat dan menjadi haji yang Mabrur Amiinn.
Saat melaksanakan ibadah ini pun terlintas dipikiran saya betapa bahagianya orang bau tanah saya kalau bisa menunaikan ibadah ini bersama semoga saya bisa mewujudkan mimpi ini Amiinnn. Saya menulis kisah diatas bukan untuk berbangga diri ataupun sombong dengan apa yang saya telah saya dapatkan namun saya menulis kisah ini berharap bisa dijadikan motivasi dan penyemangat bagi teman-teman sejawat yang lain bahwa betapapun profesi kita ketika ini masih dikatakan jauh dari keinginan kita semua, keinginan itu tetap ada dan tetaplah berusaha dan berdoa kepada Tuhan SWT dan selalu nrimo dalam bekerja. Dan juga sebagai salah satu tanggapan apa manfaat dari bekerja di Arab Saudi meskipun honor perawat yang saya peroleh disini tidak sebesar honor teman-teman sejawat yang di Jepang, Korea dan negara-negara lain tapi ini yang saya dan teman-teman saya selalu katakan bahwa bekerja di Saudi Arabia You will get more than just money karena yang ibarat ini memang tidak bisa dinilai dengan mata uang. Salam Sejawat Jayalah Perawat Indonesia.
Makka 14 September, 2016
Abdul Hamid A.R
0 Response to "Abdul Hamid : Berkat Profesi Perawat Inilah Membawa Aku Menunaikan Haji Di Usia Muda"
Posting Komentar