Tadi siang saya nonton film pendek di salah satu kanal tv swasta ihwal seorang anak wanita durhaka pada kedua orang tua.
Ceritanya, si anak masih duduk di kursi SLTA merasa aib dengan kawan-kawan sekolahnya, lantaran orang tuanya miskin, bapaknya penjual es cendol asongan dan ibunya pembantu rumah tangga.
Si anak selalu berontak dan memaki bapak dan ibunya. Mengapa tidak kaya?
Si anak berusaha mencari komplemen penghasilan di luar, sebagai gadis pramuria di kawasan karaoke. Pulang larut malam, dan berpenampilan menor.
Melihat kondisi tersebut, bapak dan ibunya marah, serta menasehati si anak, biar meninggalkan pekerjaan yang ia lakoni, dan meminta si anak tidak lagi bekerja di kawasan hiburan, lantaran tidak baik untuk anak gadis se usianya.
Si anak bukan mencankam seruan orang tuanya, akan tetapi menghina orang tuanya, "Kenapa kalian miskin? Saya ingin makan enak, saya ingin mempunyai gadget baru, pengen punya baju keren, dll" Ucapnya. "Apakah kalian sanggup memenuhinya jikalau saya berhenti bekerja?" Kata si anak durhaka dengan wajah sinis.
Mendengar pernyataan si anak durhaka tersebut, sang ayah eksklusif sesak nafas sambil memegang dada, dan si ibu berderai air mata sambil menggumam mulut, tersedu sedan.
Terbata-bata, sang ayah menjamin akan memenuhi seruan anak gadis semata wayangnya, " Ayah berjanji akan memenuhi segala kebutuhanmu nak, ayah akan bekerja lebih ulet lagi". Ungkap sang ayah. Ucapan sang ayah di anggukan oleh ibunya, sambil berucap, " Ibu juga akan berkerja lebih keras lagi mencarikan uang jajan untukmu nak".
Anak durhaka tersenyum, sambil berkata, " memang begitu seharusnya jadi orang tua, dan buktikan omongan kalian, dan saya akan berhenti bekerja," ucapnya, seraya memandang remeh kedua orang tuanya.
Malam usai, pagi menjemput siang, ayam pun berkokok, membuktikan adzan subuh akan datang.
Penuh semangat, Ayah mendorong gerobak cendol dengan nafas mengap-mengap sesekali memegang dada kiri. Sementara si ibu sedang mengucek-ngucek pakaian majikan dalam baskom, biar higienis dari kotoran.
Siang nyaris habis, matahari mulai terbenam menjemput malam, ayah batuk-batuk di ruang tamu, sedangkan si ibu merapikan sambil menghitung uang jerih payah, hasil jualan cendol. Tiba-tiba, anak gadisnya berada di depan, " Ooo, Unikah uang yang kalian maksud, yang bisa membahagiakan saya? Sorry, saya tidak butuh uang receh menyerupai itu, apa kata teman-teman saya nanti di sekolah", ucapnya.
"Iii iya nak, ibu nanti akan menukarkan dengan uang yang lebih bagus" sambil menelan rasa duka dalam hati. Sedangkan bapak, hanya geleng-geleng kepala.
Esok hari, si anak durhaka makan yummy dan lahap di cafe sekolah, sambil menyentuh android yang ia letakan di atas meja. Sementara, si bapak kelelahan, istirahat di tepi jalan, dan mengeluarkan bungkusan nasi yang dibawa dari rumah, dengan hidangan alakadarnya, nasi putih tambah tempe. Demikian juga ibu, sesudah lelah mencuci seharian, juga menyantap nasi putih tambah sepotong tempe.
" Ya Allah, terima kasih atas nikmat yang telah engkau berikan hari ini", sang ibu mengucapkan puji, syukur dalam hati sehabis makan.
Ayah, bergegas mendorong gerobak cendol, seketika, kendaraan beroda empat laju kencang, " brakkk" gerobak cendol berguling terhempas di landa kendaraan beroda empat hilang kendali, sedangkan ayah tergeletak bersimbah darah, insiden sempurna dihadapan si anak gadisnya, yang kebetulan pulang bareng sekolah bersama teman-teman ABG-nya, anak orang kaya.
Ada yang terpekik melihat insiden naas tersebut, orang-orang berlarian mengerubungi jasad sang ayah yang bergelimang darah.
Bukankah itu bapakmu? Kata salah seorang sahabat si anak durhaka mengingatkan. Karena melihat si anak durhaka tidak ada respon melihat insiden tersebut. Dengan enteng si anak durhaka menjawab, " itu bukan bapakku" ia berusaha menyembunyikan identitasnya, aib pada 2 orang temannya yang lain, lantaran temannya itu anak orang kaya. Lalu si anak durhaka berlalu pergi, tanpa peduli pada bapaknya yang sudah tidak bernyawa dan tergeletak ditengah jalan raya.
Handai taulan, termasuk ibu, menangis akan kepergian sang bapak, tidak pada anak gadis semata wayangnya, mencibir dan mengeluarkan kata menyakitkan hati, " Udah bu, jangan ditangisi, ia pantas pergi, lantaran tidak bisa menciptakan kita kaya", ulasnya.
Orang-orang yang sedang takziah, eksklusif kaget mendengar ungkapan si anak durhaka, sambil mengucap, " Astagfirullah al adzim" dan si ibu meraung-raung menangis seakan hatinya tersayat sembilu, mendengar perkataan anaknya yang benar-benar lalim.
Belum genap 7 hari janjkematian bapaknya, si anak durhaka kembali ke kawasan hiburan sebagai gadis penghibur lelaki kesepian. Dan ia, telah menyatakan pada ibunya untuk tidak menghalangi apa yang akan ia lakukan, lantaran orang tuanya di anggap tidak bisa memenuhi keinginannya.
Ibunya hanya bisa menangis sepanjang hari, melihat tindak-tanduk anak gadisnya, yang liar bagaikan singa afrika yang kelaparan, siap menerkam siapa saja jikalau ada yang menghalangi.
Suatu malam, 'singa betina' haus darah itu, di rayu oleh seorang pengusaha 'hidung belang' sebagai simpanan, dan dijanjikan rumah mewah, lengkap dengan fasilitas. Tersungging senyuman manis di bibir 'singa betina' ia merasa apa yang ia impikan selama ini akan terwujud seketika. Tawaran eksklusif ia terima.
Satu tahun telah ia lewati hidup di rumah glamor milik si 'hidung belang' serba berkecukupan, kecuali legalitas, ia tidak sanggup legalisasi sebagai istri yang sah. Perutnya telah membesar, hitungan hari akan mengeluarkan bayi mungil.
Pertengkaran mulai memicu keretakan kekerabatan hangat yang telah ia jalin semenjak satu tahun terakhir, lantaran si 'hidung belang' tidak mau menikahi secara sah berdasarkan agama dan hukum.
Terpisah, si ibu tidur di emperan beralaskan koran, lantaran rumah yang ia tempati sebelumnya di ambil paksa oleh pemiliknya, lantaran si ibu tidak bisa lagi membayar kontrakan, semenjak janjkematian suaminya.
Kondisi ibu semakin memprihatinkan, untung saja suatu hari ia bertemu salah seorang yang pernah ia kenal menyelamatkan dengan mengajak tinggal di rumahnya sebagai pembantu rumah tangga.
Sedangkan kehidupan anaknya yang glamor bagaikan topeng, mulai terguncang konflik, suami gelapnya jarang pulang dan mulai tidak peduli dengan anak yang sedang ia kandung.
Suatu ketika si anak durhaka menelpon suami gelapnya, dan suami gelapnya gugup ketika ditelpon, lantaran istrinya yang sah sedang berada didekatnya. Melihat gelagat si hidung belang, istri sahnya curiga dan melaksanakan spionase.
Beberapa hari kemudian, spionase yang ia lakukan berhasil, suaminya tertangkap 'basah' sedang berduan dengan si anak durhaka di salah satu rumah mewah. Dan, si hidung belang kalang kabut, sedangkan si anak durhaka di usir serta di ancam untuk tidak lagi menganggu kehidupan rumah tangganya.
Hidup anak durhaka terkantung-katung, ia pergi terusir dari rumah mewah, dengan perut buncit, uang tidak ada, yang ada hanya derita.
Ia memungut makanan kedaluwarsa di tong sampah, tidur sembarang tempat, ia teringat ibunya, sementara ibunya tidak lagi tinggal di kawasan sebelumnya. Anak durhaka panik, dan terus berjalan menyusuri kehidupan baru, kehidupan menyakitkan.
Ia minta tolong, ia kelelahan, anak yang ada dalam kandungan meronta-ronta ingin keluar dari rahim 'murahan' ibunya. Anak durhaka kehabisan tenaga, kemudian pingsan, dan di bawa oleh orang yang kebetulan lewat, ke pelayanan kesehatan terdekat.
Setelah menerima pertolongan di Puskesmas, anak durhaka yang malang tersadar, ia merintih keakitan, memohon ampun pada ibunya, ia bicara sendiri, ia menyampaikan akan sujud si kaki ibu. Sementara lendir bercampur darah mengalir lewat kemaluannya, namun janin dalam kandungan tidak mau keluar.
Kontak batin bergetar, si ibu mencicipi absurd pada perutnya, sesaat tiba seorang tetangga yang kebetulan mengenal anak durhaka yang lagi meregang kesakitan, dan memberitahukan kepada sang ibu, bahwa anaknya sedang berada di Puskesmas, mau melahirkan, dan si ibu berat melangkahkan kaki untuk melihat anaknya yang telah berbuat durhaka pada kedua orang tua.
Lalu tetangga meminta, si ibu dengan kebesaran jiwa untuk menjenguk, akibatnya dengan berat hati si ibu mendatanginya ke Puskesmas.
Di Puskesmas, anak durhaka menangis, meratapi semua perbuatannya, dan memohon ampun atas segala kesalahan dan ke khilafannya. Sang ibu pemberi maaf, dan ikut menangis akan kondisi anaknya yang sedang sekarat. Setelah kata maaf diberikan. Di luar dugaan, anak durhaka menghembuskan nafas terakhir. Dan ibu malang, pun tak kuasa menahan kesedihan.
***
Apa yang di impikan si anak durhaka, hanya menambah formasi kesedihan sang ibu. Anak durhaka tidak pernah berhasil menjadi orang kaya, apalagi bahagia, lantaran tidak menerima berkah dari kedua orang tua. Dan, anak durhaka gres sadar akan hal itu, di ketika ia dirundung masalah.
Keikhlasan dan rasa sayang orang renta tidak akan pernah habis, meskipun ia telah di zalimi oleh anak wanita kesayangannya.
Hikmah yang sanggup di petik dari kisah ini adalah, bagaimana caranya kita seorang anak bisa mensyukuri nikmat pinjaman dari orang tua, bukan sebaliknya, menuntut harta dan kekayaan dari orang renta melebihi dari kapasitas yang bisa ia berikan. Dan, jangan sekali-kali menyakitkan hati orang renta dengan perkataan, apa lagi perilaku dan tindak-tanduk yang sanggup menjauhkan berkah dan rezeki, serta ridho dari kedua orang tua, yang bisa mendatangkan takdir jelek dari Allah, S.W.T
Semoga kisah di atas menjadi cermin bagi kita bersama, untuk lebih berbakti pada kedua orang tua, amin.(AntonWijaya).
Sumber https://medianers.blogspot.com/Kasih ibu sepanjang masa, Kasih anak sepanjang rasa |
Si anak selalu berontak dan memaki bapak dan ibunya. Mengapa tidak kaya?
Si anak berusaha mencari komplemen penghasilan di luar, sebagai gadis pramuria di kawasan karaoke. Pulang larut malam, dan berpenampilan menor.
Melihat kondisi tersebut, bapak dan ibunya marah, serta menasehati si anak, biar meninggalkan pekerjaan yang ia lakoni, dan meminta si anak tidak lagi bekerja di kawasan hiburan, lantaran tidak baik untuk anak gadis se usianya.
Si anak bukan mencankam seruan orang tuanya, akan tetapi menghina orang tuanya, "Kenapa kalian miskin? Saya ingin makan enak, saya ingin mempunyai gadget baru, pengen punya baju keren, dll" Ucapnya. "Apakah kalian sanggup memenuhinya jikalau saya berhenti bekerja?" Kata si anak durhaka dengan wajah sinis.
Mendengar pernyataan si anak durhaka tersebut, sang ayah eksklusif sesak nafas sambil memegang dada, dan si ibu berderai air mata sambil menggumam mulut, tersedu sedan.
Terbata-bata, sang ayah menjamin akan memenuhi seruan anak gadis semata wayangnya, " Ayah berjanji akan memenuhi segala kebutuhanmu nak, ayah akan bekerja lebih ulet lagi". Ungkap sang ayah. Ucapan sang ayah di anggukan oleh ibunya, sambil berucap, " Ibu juga akan berkerja lebih keras lagi mencarikan uang jajan untukmu nak".
Anak durhaka tersenyum, sambil berkata, " memang begitu seharusnya jadi orang tua, dan buktikan omongan kalian, dan saya akan berhenti bekerja," ucapnya, seraya memandang remeh kedua orang tuanya.
Malam usai, pagi menjemput siang, ayam pun berkokok, membuktikan adzan subuh akan datang.
Penuh semangat, Ayah mendorong gerobak cendol dengan nafas mengap-mengap sesekali memegang dada kiri. Sementara si ibu sedang mengucek-ngucek pakaian majikan dalam baskom, biar higienis dari kotoran.
Siang nyaris habis, matahari mulai terbenam menjemput malam, ayah batuk-batuk di ruang tamu, sedangkan si ibu merapikan sambil menghitung uang jerih payah, hasil jualan cendol. Tiba-tiba, anak gadisnya berada di depan, " Ooo, Unikah uang yang kalian maksud, yang bisa membahagiakan saya? Sorry, saya tidak butuh uang receh menyerupai itu, apa kata teman-teman saya nanti di sekolah", ucapnya.
"Iii iya nak, ibu nanti akan menukarkan dengan uang yang lebih bagus" sambil menelan rasa duka dalam hati. Sedangkan bapak, hanya geleng-geleng kepala.
Esok hari, si anak durhaka makan yummy dan lahap di cafe sekolah, sambil menyentuh android yang ia letakan di atas meja. Sementara, si bapak kelelahan, istirahat di tepi jalan, dan mengeluarkan bungkusan nasi yang dibawa dari rumah, dengan hidangan alakadarnya, nasi putih tambah tempe. Demikian juga ibu, sesudah lelah mencuci seharian, juga menyantap nasi putih tambah sepotong tempe.
" Ya Allah, terima kasih atas nikmat yang telah engkau berikan hari ini", sang ibu mengucapkan puji, syukur dalam hati sehabis makan.
Ayah, bergegas mendorong gerobak cendol, seketika, kendaraan beroda empat laju kencang, " brakkk" gerobak cendol berguling terhempas di landa kendaraan beroda empat hilang kendali, sedangkan ayah tergeletak bersimbah darah, insiden sempurna dihadapan si anak gadisnya, yang kebetulan pulang bareng sekolah bersama teman-teman ABG-nya, anak orang kaya.
Ada yang terpekik melihat insiden naas tersebut, orang-orang berlarian mengerubungi jasad sang ayah yang bergelimang darah.
Bukankah itu bapakmu? Kata salah seorang sahabat si anak durhaka mengingatkan. Karena melihat si anak durhaka tidak ada respon melihat insiden tersebut. Dengan enteng si anak durhaka menjawab, " itu bukan bapakku" ia berusaha menyembunyikan identitasnya, aib pada 2 orang temannya yang lain, lantaran temannya itu anak orang kaya. Lalu si anak durhaka berlalu pergi, tanpa peduli pada bapaknya yang sudah tidak bernyawa dan tergeletak ditengah jalan raya.
Handai taulan, termasuk ibu, menangis akan kepergian sang bapak, tidak pada anak gadis semata wayangnya, mencibir dan mengeluarkan kata menyakitkan hati, " Udah bu, jangan ditangisi, ia pantas pergi, lantaran tidak bisa menciptakan kita kaya", ulasnya.
Orang-orang yang sedang takziah, eksklusif kaget mendengar ungkapan si anak durhaka, sambil mengucap, " Astagfirullah al adzim" dan si ibu meraung-raung menangis seakan hatinya tersayat sembilu, mendengar perkataan anaknya yang benar-benar lalim.
Belum genap 7 hari janjkematian bapaknya, si anak durhaka kembali ke kawasan hiburan sebagai gadis penghibur lelaki kesepian. Dan ia, telah menyatakan pada ibunya untuk tidak menghalangi apa yang akan ia lakukan, lantaran orang tuanya di anggap tidak bisa memenuhi keinginannya.
Ibunya hanya bisa menangis sepanjang hari, melihat tindak-tanduk anak gadisnya, yang liar bagaikan singa afrika yang kelaparan, siap menerkam siapa saja jikalau ada yang menghalangi.
Suatu malam, 'singa betina' haus darah itu, di rayu oleh seorang pengusaha 'hidung belang' sebagai simpanan, dan dijanjikan rumah mewah, lengkap dengan fasilitas. Tersungging senyuman manis di bibir 'singa betina' ia merasa apa yang ia impikan selama ini akan terwujud seketika. Tawaran eksklusif ia terima.
Satu tahun telah ia lewati hidup di rumah glamor milik si 'hidung belang' serba berkecukupan, kecuali legalitas, ia tidak sanggup legalisasi sebagai istri yang sah. Perutnya telah membesar, hitungan hari akan mengeluarkan bayi mungil.
Pertengkaran mulai memicu keretakan kekerabatan hangat yang telah ia jalin semenjak satu tahun terakhir, lantaran si 'hidung belang' tidak mau menikahi secara sah berdasarkan agama dan hukum.
Terpisah, si ibu tidur di emperan beralaskan koran, lantaran rumah yang ia tempati sebelumnya di ambil paksa oleh pemiliknya, lantaran si ibu tidak bisa lagi membayar kontrakan, semenjak janjkematian suaminya.
Kondisi ibu semakin memprihatinkan, untung saja suatu hari ia bertemu salah seorang yang pernah ia kenal menyelamatkan dengan mengajak tinggal di rumahnya sebagai pembantu rumah tangga.
Sedangkan kehidupan anaknya yang glamor bagaikan topeng, mulai terguncang konflik, suami gelapnya jarang pulang dan mulai tidak peduli dengan anak yang sedang ia kandung.
Suatu ketika si anak durhaka menelpon suami gelapnya, dan suami gelapnya gugup ketika ditelpon, lantaran istrinya yang sah sedang berada didekatnya. Melihat gelagat si hidung belang, istri sahnya curiga dan melaksanakan spionase.
Beberapa hari kemudian, spionase yang ia lakukan berhasil, suaminya tertangkap 'basah' sedang berduan dengan si anak durhaka di salah satu rumah mewah. Dan, si hidung belang kalang kabut, sedangkan si anak durhaka di usir serta di ancam untuk tidak lagi menganggu kehidupan rumah tangganya.
Hidup anak durhaka terkantung-katung, ia pergi terusir dari rumah mewah, dengan perut buncit, uang tidak ada, yang ada hanya derita.
Ia memungut makanan kedaluwarsa di tong sampah, tidur sembarang tempat, ia teringat ibunya, sementara ibunya tidak lagi tinggal di kawasan sebelumnya. Anak durhaka panik, dan terus berjalan menyusuri kehidupan baru, kehidupan menyakitkan.
Ia minta tolong, ia kelelahan, anak yang ada dalam kandungan meronta-ronta ingin keluar dari rahim 'murahan' ibunya. Anak durhaka kehabisan tenaga, kemudian pingsan, dan di bawa oleh orang yang kebetulan lewat, ke pelayanan kesehatan terdekat.
Setelah menerima pertolongan di Puskesmas, anak durhaka yang malang tersadar, ia merintih keakitan, memohon ampun pada ibunya, ia bicara sendiri, ia menyampaikan akan sujud si kaki ibu. Sementara lendir bercampur darah mengalir lewat kemaluannya, namun janin dalam kandungan tidak mau keluar.
Kontak batin bergetar, si ibu mencicipi absurd pada perutnya, sesaat tiba seorang tetangga yang kebetulan mengenal anak durhaka yang lagi meregang kesakitan, dan memberitahukan kepada sang ibu, bahwa anaknya sedang berada di Puskesmas, mau melahirkan, dan si ibu berat melangkahkan kaki untuk melihat anaknya yang telah berbuat durhaka pada kedua orang tua.
Lalu tetangga meminta, si ibu dengan kebesaran jiwa untuk menjenguk, akibatnya dengan berat hati si ibu mendatanginya ke Puskesmas.
Di Puskesmas, anak durhaka menangis, meratapi semua perbuatannya, dan memohon ampun atas segala kesalahan dan ke khilafannya. Sang ibu pemberi maaf, dan ikut menangis akan kondisi anaknya yang sedang sekarat. Setelah kata maaf diberikan. Di luar dugaan, anak durhaka menghembuskan nafas terakhir. Dan ibu malang, pun tak kuasa menahan kesedihan.
***
Apa yang di impikan si anak durhaka, hanya menambah formasi kesedihan sang ibu. Anak durhaka tidak pernah berhasil menjadi orang kaya, apalagi bahagia, lantaran tidak menerima berkah dari kedua orang tua. Dan, anak durhaka gres sadar akan hal itu, di ketika ia dirundung masalah.
Keikhlasan dan rasa sayang orang renta tidak akan pernah habis, meskipun ia telah di zalimi oleh anak wanita kesayangannya.
Hikmah yang sanggup di petik dari kisah ini adalah, bagaimana caranya kita seorang anak bisa mensyukuri nikmat pinjaman dari orang tua, bukan sebaliknya, menuntut harta dan kekayaan dari orang renta melebihi dari kapasitas yang bisa ia berikan. Dan, jangan sekali-kali menyakitkan hati orang renta dengan perkataan, apa lagi perilaku dan tindak-tanduk yang sanggup menjauhkan berkah dan rezeki, serta ridho dari kedua orang tua, yang bisa mendatangkan takdir jelek dari Allah, S.W.T
Semoga kisah di atas menjadi cermin bagi kita bersama, untuk lebih berbakti pada kedua orang tua, amin.(AntonWijaya).
0 Response to "Jika Anda Tidak Ingin Menyerupai Wanita Ini, Maka Jangan Durhaka Pada Ibu Dan Bapak"
Posting Komentar