
Anda pernah ke Kota Payakumbuh?...
Jika belum pernah singgah atau mampir kekota ini, mungkin banyak hal menarik yang terlewatkan, mulai dari aneka kuliner Minangkabau yang yummy hingga keindahan alamnya yang memukau.
Pada postingan ini, saya tidak membahas perihal keindahan alam dan kelebihan kuliner Kota Payakumbuh, tetapi membuatkan dongeng sejati perihal teman saya yang baik dan lucu. Kami diantaranya, Beri, Rikki, Donal alias munan, Oon, Abon, Iwan, Paik, Anto dan lain lain yang tidak sanggup saya sebutkan satu-persatu ialah perjaka Gang Rumah Panjang, Labuh Baru Kota Payakumbuh. Kami biasanya sebelum atau setelah main Futsal di Stadion Runjang FC, selalu berkumpul di Lanier fotocopy yang berada di Jl. Ade Irma Suryani Nasution yang pengelolanya Oon dan Anto.
Dalam rangkaian nama diatas,nama Eno tidak saya urutkan, alasannya ialah dia "The special one" di persekutuan kami, layaknya Jose Mourinho di Internazionale yang akan hengkang ke Real Madrid. Si Eno teman baik yang selalu berpenampilan sederhana, tidak ibarat Anak Punk yang sering mangkal dipasar kota payakumbuh yang berpenampilan tidak karuan.

Sebelum atau setelah main Futsal di stadion Runjang FC, Si Eno selalu mampir dengan Sepeda mini dan handsfree yang menyumbat telinga, kedatanganya bukan untuk melatih atau meracik seni administrasi ibarat Jose mourinho saat mempermalukan Bayern munich di simpulan piala champion, tetapi menunjukkan penyegaran dan canda tawa.
Ntak tih ibu da ( minta uang seribu uda), sambil menampungkan tanganya, itulah salam pertama Eno saat menghampiri kami, sobat yang usil juga menjawab, uncuang iyam indak ado itih do ( lisan diam, nggak ada uang) lantas Eno membalas wang aja (kurang ajar) sambil menatap nggak jelas,
alasannya ialah sobat kami ini matanya juling,lalu sobat tadi juga membalas kepada sieno, utuik ibie (tutup bibir) sambil terkekeh. Mendengar tanggapan dari sobat saya yang usil tadi, Eno jadi garuk-garuk kepala.
Sumber https://medianers.blogspot.com/
Celetukan sobat tersebut, hanya untuk menciptakan Eno panik, alasannya ialah dia selalu mendapat uang seribu dari kami, tetapi sebelum dikasih uang, dia dirangsang dulu untuk berbicara, alasannya ialah dia mengalami pelo, bahasanya tidak lurus. Seperti dia bilang Ntak tih ibu da, bahasa minang yang benarnya ialah mintak pitih seribu uda, atau saat dia ngomong wang aja, yang bahasa minangnya ialah Kurang ajar.
Si Eno kalau dilihat dengan seksama, wajahnya ibarat anak yang mengalami idiot, bekerjsama dia ialah anak baik yang membantu mencarikan uang untuk belanja dapur dan kebutuhan sehari-hari ibunya, alasannya ialah bapak yang menafkahi sudah meninggal, dia bekerja dari pagi hingga malam,kerja serabutan, kadang kala memarkir dipasar kota payakumbuh atau meminta-minta uang pada orang-orang yang dia kenal.
Bagi kami, Eno dua bersaudara yang hampir ibarat wajah dan kharakternya ialah anak yang bertanggung jawab terhadap keluarga dan tidak kurang ajar, pekerjaan yang dilakoninya hanya untuk menutupi kebutuhan hidup sehari-hari. Beliau sangat familiar bagi kami, kalau dia 2 hari tidak tiba ke Lanier fotocopy atau gang rumah panjang maka kami akan mencari tau apa yang sedang terjadi dengan dia dan kenapa dia tidak datang, alasannya ialah senyuman dan caranya murka menciptakan kami tidak merasa dirugikan dengan memberi uang seribu rupiah.
Suatu ketika, ada bapak-bapak dengan membawa tawaran dan kotak uang ke Lanier fotocopy untuk pembangunan mesjid, si eno ikut menyumbang 500 rupiah, melihat kondisi itu saya menilai si Eno juga mempunyai jiwa sosial, kemudian suatu malam, sebelum dia minta uang seribu sama kami yang lagi berkumpul di gang rumah panjang, Eno membawakan kacang rebus untuk cemilan, kemudian gres menampungkan tangan untuk penggantian.
Setiap melihat perempuan cantik, Eno menyapa dengan ramah, allooo eweek (halo cewek), tetapi cewek yang tidak kenal beliau, takut untuk merespon, alasannya ialah tampangnya tidak seganteng CR9, nama lain Christian Ronaldo. Ternyata, Eno sudah mulai mengenal lawan jenisnya. Usia sempurna Eno saya tidak tau persis, alasannya ialah saat ditanya Eno tidak sanggup menjelaskan, kalau saya perkirakan dia berumur 18-20 tahun.
Si Eno susah mencari pekerjaan, layaknya ibarat kita yang normal, meskipun demikian dia tidak pernah mengeluh akan kehidupan yang dia jalani. Suatu saat dia pernah minta sepatu ibarat yang saya gunakan untuk dinas, sepatu tersebut ialah sepatu lokak yang berbentuk panjang dan runcing yang terbuat dari kulit. Waktu dia minta, saya tidak menjanjikan untuk membelikanya, tetapi berucap "doakan uda biar sanggup rezki yang banyak dan uda beli satu lagi untuk Eno".
Postigan ini tidak bermaksud untuk mengeksploitasi si Eno di dunia maya, tujuan saya ialah mengikut sertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan anazkia.blogspot dengan tema "Berbagi Kisah Sejati" Hidup untuk memberi, semoga ukhuwah tetap di hati, yang disponsori oleh Denaihati, dengan cita-cita mendapat hadiahnya dan membelikan teman baik saya si Eno sepatu lokak yang terbuat dari kulit.
Sumber https://medianers.blogspot.com/
0 Response to "Si Eno The Istimewa One Kota Payakumbuh"
Posting Komentar