Patofisiologi Terjadinya Decubitus

PATOFISIOLOGI TERJADINYA decubitus

Tekanan tempat pada kapiler berkisar antara 16 mmHg-33 mmHg. Kulit akan tetap utuh sebab sirkulasi darah terjaga, kalau tekanan padanya masih berkisar pada batas-batas tersebut. Tetapi sebagai pola kalau seorang penderita immobil/terpancang pada tempat tidurnya secara pasif dan berbaring diatas kasur busa maka tekanan tempat sakrum akan mencapai 60-70 mmHg dan tempat tumit mencapai 30-45 mmHg.

Tekanan akan menimbulkan tempat iskemik dan kalau berlanjut terjadi nokrosis jaringan kulit. Percobaan pada hewan didapatkan bahwa sumbatan total pada kapiler masih bersifat reversibel kalau kurang dari 2 jam. Seorang yang terpaksa berbaring berminggu-minggu tidak akan mengalami decubitus selama sanggup mengganti posisi beberapa kali perjammnya.
Selain faktor tekanan, ada beberapa faktor mekanik suplemen yang sanggup memudahkan terjadinya decubitus;

Faktor teregangnya kulit contohnya gerakan meluncur ke bawah pada penderita dengan posisi dengan setengah berbaring
Faktor terlipatnya kulit akiab ukiran tubuh yang sangat kurus dengan ganjal tempat tidur, sehingga seolah-olah kulit “tertinggal” dari area tubuh lainnya.
Faktor teragannya kulit akhir daya luncur antara tubuh dengan ganjal tempatnya berbaring akan menimbulkan terjadinya iskemia jaringan setempat.

Keadaan ini terjadi kalau penderita immobil, tidak dibaringkan terlentang mendatar, tetapi pada posisi setengah duduk. Ada kecenderungan dari tubuh untuk meluncur kebawah, apalagi keadaannya basah. Sering kali hal ini dicegah dengan memperlihatkan penhalang, contohnya bantal kecil/balok kayu pada kedua telapak kaki. Upaya ini hanya akian mencegah pergerakan dari kulit, yang kini terfiksasi dari alas, tetapi rangka tulang tetap cederung maju kedepan. Akibatnya terjadi garis-garis penekanan/peregangan pada jaringan subkutan yang sekan-akan tergunting pada tempat-tempat tertentu, dan akan terjadi penutupan arteriole dan arteri-arteri kecil akhir terlalu teregang bahkan hingga robek. Tenaga menggunting ini disebut Shering Forces.
Sebagai suplemen dari shering forces ini, pergerakan dari tubuh diatas ganjal tempatnya berbaring, dengan fiksasi kulit pada permukaan ganjal akan menimbulkan terjadinya lipatan-lipatan kulit (skin folding). Terutama terjadi pada penderita yang kurus dengan kulit yang kendur. Lipatan-lipatan kulit yang terjadi ini sanggup menarik/mengacaukan (distorsi) dan menutup pembuluh-pembuluh darah.
Sebagai suplemen dari pengaruh iskemia eksklusif dari faktor-faktor diatas, masih harus diperhatikan terjadinya kerusakan edotil, penumpukan trombosit dan edema. Semua inidapat menimbulkan nekrosis jarigan akhir lebih terganggunya anutan darah kapiler. Kerusakan endotil juga menyebabkn pembuluh darah gampang rusak kalau terkena trauma.
Faktor tubuh sendiri (faktor intrinsik) juga berperan untuk terjadinya decubitus antara lain;

baca juga Fisiologi Nyeri

FAKTOR INTRINSIK terjadinya decubitus

Selama penuaan, regenerasi sel pada kulit menjadi lebih  lambat sehingga kulit akan tipis (tortora & anagnostakos, 1990)
Kandungan kolagen pada kulit yang berubah menimbulkan elastisitas kulit berkurang sehingga rentan mengalami deformasi dan kerusakan.
Kemampuan sistem kardiovaskuler yang menurun dan sistem  arteriovenosus yang kurang kompeten menimbulkan penurunan perfusi kulit secara progresif.
Sejumlah penyakit yang menimbulkan menyerupai DM yang memperlihatkan insufisiensi kardiovaskuler perifer dan penurunan fungsi kardiovaskuler menyerupai pada sistem pernapasan menimbulkan tingkat oksigenisasi darah pada kulit menurun.
Status gizi, underweight atau kebalikannya overweight
Anemia
Hipoalbuminemia yang mempermudah terjadinya decubitus dan memperjelek penyembuhan decubitus, sebaliknya kalau ada decubitus akam menimbulkan kadar albumin darah menurun
Penyakit-penyakit neurologik, penyakit-penyakit yang merusak pembuluh darah, juga mempermudah dan meperjelek decubitus
Keadaan hidrasi/cairan tubuh perlu dinilai dengan cermat.

baca juga mengenal LEBIH JAUH TENTANG KEJANG DEMAM

FAKTOR EKSTRINSIK terjadinya decubitus

Kebersihan tempat tidur,
alat-alat tenun yang kusut dan kotor, atau peralatan medik yang menimbulkan penderita terfiksasi pada suatu perilaku tertentu juga memudahkan terjadinya decubitus.
Duduk yang buruk
Posisi yang tidak tepat
Perubahan posisi yang kurang

PENAMPILAN KLINIS DARI decubitus
Karakteristik penampilan klinis dari decubitus sanggup dibagi sebagai berikut;

Derajat I
Reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis, tampak sebagai tempat kemerahan/eritema indurasi atau lecet.
Derajat II
Reaksi yang lebih dalam lagi hingga mencapai seluruh dermis hingga lapisan lemah subkutan, tampak sebagai ulkus yang dangkal, degan tepi yang terang dan perubahan warna pigmen kulit.
Derajat III
Ulkus menjadi lebih dalam, mencakup jaringan lemak subkutan dan menggaung, berbatasan dengan fascia dari otot-otot. Sudah mulai didapat abses dengan jaringan nekrotik yang berbau.
Derajat IV
Perluasan ulkus menembus otot, hingga tampak tulang di dasar ulkus yang sanggup menjadikan abses pada tulang atau sendi.

Mengingat patofisiologi terjadinya decubitus yaitu pemfokusan pada daerah-daerah tonjolan tulang, harusla diingat bahwa kerusakan jaringan dibawah tempat yang mengalami dekubitus yaitu lelih luas dari ulkusnya.

Related Posts :

0 Response to "Patofisiologi Terjadinya Decubitus"

Posting Komentar